Harus ku mulai darimana untuk menceritakan kembali goresan kecil 2 bulan kelumpuhan otak dan fikiranku…walaupun mungkin tulisan ini tak akan mewakili semua yang kurasakan, karena banyak hal dan kejadian yang tak bisa terangkai dalam untaian kata-kata…seperti ceritaku ini mungkin ada banyak sudut yang akan terlewati tapi tak mengapa tulisan ini akan bercerita dengan sudut pandangnya sendiri…aku orang yang tak pandai berkata, akupun tak pandai bercerita, aku hanya menyusun kata-kata yang kadang-kadang ku tulis berulang2, hanya itu..^_^.
Inginku ceritakan secuil dari kisah hidupku yang membuat raga dan jiwaku seolah-olah mati suri. Sebenarnya sudah ingin kuceritakan sejak lama melalui goresan-goresan tinta kepedihan, tapi kata-kata yang ku ukir tak kan mampu mewakili kesedihan, kerapuhan, kegamangan, dan kegalauan hatiku yang begitu dalam. Karena untaian dalam bait-bait ynag kutulis tentu akan semakin mengoyak-ngoyak dan mngiris-iris hatiku yang sedang sakit waktu itu. Hanya melalui lisanku yang bergetar dan mataku yang sembab dan meleleh tak henti-hentinya yang mampu menceritaknnya kepada orang-orang terdekatku, teman-temanku…Luv U alL…
Dimulai dari malam itu tanggal 15 juli kau memutuskan untuk menghilang dari hidupku. Malam dan pagiku mulai menjadi kelam setelah mendengar suara terakhir di ujung telepon. Malaekat yang kubanggakan menyuruhku berhenti untuk memikirkannya, waktu itu yang ada hanya air mata, suaraku serak, hatiku perih tertusuk-tusuk sembilu rasanya. Suara halus itu tlah membuatku terjatuh dan terpuruk hingga kuabaikan semua agendaku, janji dengan temanku, semuanya tak ku ingat lagi. Otakku telah mati sejalan dengan matinya hatiku…
Namun aku masih sangat beruntung karena mempunyai pelita-pelita hati yang selalu menerangi sudut hatiku di kala gelap. Mereka selalu ada untukku. Tapi entah mengapa pelita-pelita itu ku rasakan masih belum mampu mencairkan hatiku yang beku. Semua nafsuku hilang…tertelan kepedihan. Semua serba tak enak, aku bagai orang sakit jiwa dengan tatapan kosongnya. Sudah banyak kata, banyak kalimat, bahklan beratus-ratus nasehat yang tertuju untukku. Semuanya ternyata masih belum bisa mengusir kelumpuhanku. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih banyak teman. Kalian tak pernah jauh dariku. Maafkan aku..aku hanya manusia bodoh. Mungkin jika kalian tak ada aku akan lebih bodoh bahkan lebih bodoh lagi. Sekali lagi terima kasih…
3 minggu kunikmati kerapuhanku, bertepatan dengan agenda besarku, PPL. Bagai manusia yang mempunyai seperempat otak dan hati yang masih tersisa aku mengais-ngais sisa semangatku untuk menjalaninya. Dalam bayang-bayang gelap, kelam, dan merana…karena tak henti-hentinya tiga perempat otak dan hatiku masih menjunjung agung bayangmu nan jauh disana…
Memasuki minggu ketiga kaupun kembali dengan keceriaan dan senyuman khasmu, yang tak dimiliki oleh lelaki manapun di belahan bumi ini. Tiba-tiba saja kelumpuhanku semakin berkurang dengan mengetahui hadirmu kembali. Semuanya kembali seperti sedia kala. Aku bahagia melihat kau tersenyum kembali, karena yang ku ingini hanya melihatmu tersenyum dan bahagia..sudah cukup bagiku…biarkan aku yang lelah menahan jeritan hatiku yang semakin memujamu. Biarlah cerita tentang hilangmu yang 3 minggu sudah terhapus karena kehadiranmu dan tak mau kuungkit-ungkit lagi walaupun hati kecilku masih terus menanyakannya, tapi aku mampu mengendalikannya. Yang kubutuhakan hanyalah hadirnya kembali malaekat hatiku. Itu sudah membawa penawar bagi racun-racun yang tlah bersarang di otak dan hatiku.
Lantas cerita tidak berhenti sampai disini masih ada jelaga dank abut yang akan membuatku dan engkau sama-sama beku kembali. Semua karena kecemburuanku. Hati ini sudah tak kuat lagi menahan api yang begitu panas itu. Sudahlah, apa yang membuatku cemburu tak usah kuceritakan disini karena kau tentu lebih tau apa gerangan yang membuatku cemburu. Hingga kuputuskan untuk menghilang sejenak, menghilang dari teman-temanku…hmmmm..betapa semakin gobloknya aku waktu itu. Aku hanya ingin membiasakan hati dan otakku untuk tidak memikirkanmu yang tentu sudah tidak membutuhkanku lagi. Karena pikirku mungkin tlah ada perempuan lain yang jauh lebih baik dibandingkan aku yang seperti ini. Perempuan dengan segala kekurangan yang belum bisa membuatmu tersenyum dan bahagia. Hanya itu alasanku. Aku akan menemuimu kembali menjelang atau sesudah ulang tahunmu. Itu janjiku…jika otak dan hati itu masih lekat menjunjung tinggi bayangmu maka aku rela melakukan apa saja untuk mengukir senyummu kembali. karena Cinta adalah membuat yang kau cinta itu bahagia walaupun hati telah jenuh menanggungnya. Hanya itu keyakinanku.
Dalam kebodohanku kembali, aku tak mengijinkan siapa-siapa untuk menceritkan semua tentangmu karena itu akan menggangguku lagi. Tapi apa, masih ada saja untukku mengetahui keadaanmu. Hatiku makin teriris, inginku berteriak, menjerit sejadi-jadinya “Aku akan selalu ada disampingmu” Namun janji pada diriku sendiri tlah membuatku beku untuk melihatmu kembali. Satu minggu dalam kebodohanku kita bersua kembali dalam kebisuan. Walaupun berhadapan aku dan engkaupun tak saling menyapa. Dalam hati aku masih menyimpan rasa syukur karena Tuhan masih menjagamu untuk bersua denganku kembali. Tak terbendung mata ini berkaca-kaca kembali. Hati hanya berkata. Itu malaekat hatimu ada didepanmu, tak maukan kau menyapanya wahai lidah? tak maukah kau memandangnya lekat-lekat wahai mata? semuanya membeku kembali…tak ada kata bermakna waktu itu yang membuatku semakin perih kembali…(besoknya pulang kampung)
2 Minggu kurang dua hari keberadaanku di rumah tlah kuyakini akan bisa mengaburkan sedikit bayangmu. Aku akan bertemu dan berkumpul kembali dengan malaekat-malekat dan bidadari-bidadari di syurga kecilku tercinta, Rumahku…ternyata itupun tidak memberikan jawaban apa-apa. Semuanya masih sama. Aku semakin lelah memikirkanmu. Jauhnya jarakpun tak mampu mengaburkan bayangmu. Yang ada bayangmu makin jelas di pelupuk mataku. Aku masih mempunyai janji dengan diriku sendiri untuk menemui kembali. Hanya itu harapanku untuk menawarkan hatiku yang semakin galau.
Hari kedua di istana kecilku tercinta aku memutuskan untuk menghubungimu kembali, itupun aku tlah melanggar janji dengan diriku sendiri. Memajukannya dua hari sebelum hari H. yang membuatku membatalkan janji hanya satu, aku mendapat kabar kau sedang sakit disana. Aku sudah tidak bisa mengendalikan emosiku…aku berada di tingkat kekhawatiran yang sangat memuncak. Dan kaupun masih memikirkanku. Aku tidak mau terlambat lagi sebelum semuanya benar-benar telah hilang…kita memulainya kembali..dan akupun tahu senyummu yang kemarin adalah senyum keterpura-puraan. Sama sepertiku…kuatnya perasaan itu yang membuat kita merasakan CINTA yang sama…waktu ku tahu kau menyayangiku dan takut kehilanganku tlah membuat separuh hati ini bisa tersenyum kembali….Aku berjanji tak kan pernah meninggalkanmu lagi...tetesan air mata ini menjadi saksi betapa ku menyayangimu…
Goresan Kecil Cerita Dua Bulan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar